Proses Pengangkatan (Empat) 4 Khulafaur Rasyidin



A.   Proses Pengangkatan Abu Bakar ra. Sebagai Khalifah

Abu Bakar menjadi khalifah semenjak 11-13 Hijriyah / 632-634 M, Proses pengangkatan Abu Bakar Ra, sebagai khalifah berlangsung dramatis. Setelah Rasulullah wafat, kaum muslim di Madinah, berusaha utuk mencari penggantinya. Ketika kaum Muhajirin dan Ansar berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah terjadi perdebatan wacana calon khalifah.Masing-masing mengajukan argumentasinya wacana siapa yang berhak sebagai khalifah. Kaum Anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah, seorang pemuka dari suku al-Khajraj sebagai pengganti nabi. Dalam kondisi tersebut Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bergegas memberikan pendirian kaum muhajirin, yaitu biar memutuskan pemimpin dari kalangan Quraisy. Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari al-Hubab bin munzir (kaum Anshar). Di tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka dengan bunyi yang lantang dia membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah. Kemudian proses pembaiatanpun terus berlanjut menyerupai yang dilakukan oleh Basyir bin Saad beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus lantaran ada beberapa orang yang belum memperlihatkan ikrar, menyerupai Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Fadl bin al-Abbas, Zubair bin al-Awwam bin al-Ash, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Gifari, Amma bin Yasir, Bara bin Azib dan Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi pertemuan sebagian kaum muhajirin dan Anshar dengan Ali bin Abi Thallib di rumah Fatimah, mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib, lebih patut menjadi khalifah lantaran Ali berasal dari bani Hasyim yang berarti ahlul bait.
Proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah pertama, memperlihatkan betapa seriusnya masalah suksesi kepemimpinan dalam masyarakat Islam pada ketika itu, dikarenakan suku-suku Arab kepemimpinan mereka didasarkan pada sistem senioritas dan prestasi, tidak diwariskan secara turun temurun.
Setelah didapatkan kesepakatan dalam proses pengangkatan Abu Bakar ra, sebagai khalifah, kemudian ia berpidato yang isinya berupa prinsip-prinsip kekuasaan demokratis yang selayaknya dimiliki oleh seorang pemimpin negara.

B.  Proses pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah

Berbeda dengan proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah. Abu Bakar terpilih secara demokratis melalui proses perdebatan yang cukup panjang, hingga kesannya ia terpilih sebagai khalifah yang sah. Sementara Umar Bin Khattab diangkat melalui penunjukan yang dilakukan khalifah Abu Bakar sesudah mendapatkan persetujuan dari para sobat besar.Hal itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat Islam sendiri.

Beliau khawatir kalau pengangkatan itu dilakukan melalui proses pemilihan menyerupai pada masanya, maka situasinya akan menjadi keruh lantaran kemungkinan terdapat banyak kepentingan yang ada diantara mereka yang menciptakan negara menjadi tidak stabil, sehingga pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat.

Ketika Abu Bakar jatuh sakit pada animo panas tahun 634 M dan selama 15 hari tidak kunjung sembuh, ia memanggil para sobat besar dan mengemukakan keinginannya. Beliau menginginkan sebelum meninggal, kekuasaa sudah berada ditangan pengganti yang benar.

Ia melihat bahwa ketika ini orang yang paling tepat untuk menggantikan kedudukannya sebagai khalifah ialah Umar Bin Khattab.Untuk itu, ia berusaha untuk mengumpulkan massa di depan rumahnya dan berpidato mengenai calon penggantinya kelak.Beliau berkata : "Apakah kalian akan mendapatkan orang yang saya calonkan sebagai pengganti saya kelak? Saya bersumpah untuk melaksanakan yang terbaik dalam menentukan masalah ini.
Karena itu saya melihat bahwa Umar Bin Khattab ialah orang yang paling tepat untuk menggantikan saya.Dengarkanlah saya dan ikuti harapan saya". Kemudian massa yang berkumpul dirumahnya menjawab, "Kami telah mendengar khalifah dan kami semua akan menaati tuan".Setelah itu, Abu bakar memanggil Usman Bin Affan kerumahnya untuk mendengarkan pendapatnya mengenai usulan khalifah yang akan menunjuk Umar Bin Khattab menjadi penggantinya.

Setelah mendengar klarifikasi khalifah, Usman sangat oke dengan pendapat khalifah mengenai penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya kelak. Karena berdasarkan Usman Bin Affan, Umar ialah orang yang sangat tegas dan bijaksana. Mendengar hal ini, beberapa sobat terkemuka, yang di kepalai oleh Thalhah, mengirim delegasi menemui Abu bakar, dan berusaha meyakinkannya supaya tidak menunjuk Umar untuk menggantikan sebagai kholifah.
Abu bakar tidak merubah keputusannya, ia menciptakan surat wasiat. yang menuliskan wasiat ini ialah Utsman bin Affan yang berbunyi :

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
“Ini ialah wasiat kepada kaum muslimin, dari saya Abu bakar saya telah mengangkat Umar sebagai kholifah setelahku untuk kalian maka dengarkanlah dan turuti dia. Saya menciptakan dia menjadi penguasa atas kalian semata-mata untuk kebaikan kalian.(Kitab Tarikh jilid 2 hlm 136).Setelah itu wasiat tersebut dibacakan di hadapan seluruh kaum muslimin dan mereka mengakuinya serta tunduk dan mematuhi wasiat tersebut.

Tidak usang  setelah proses penyaringan pendapat tersebut, khalifah Abu Bakar meninggal dunia pada hari Senin tangga1; 23 Agustus 624 M dalam usia 63 tahun. Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari Senin, sesudah Maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga, bertepatan pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H, Kemudian jenazahnya dishalatkan tolong-menolong yang dipimpin oleh Umar Bin Khattab. Jenazah Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian dimakamkan di rumah Siti Aisyah berdampingan dengan makam Nabi Muhammad SAW.Dengan meninggalnya khalifah Abu Bakar, maka pemerintahan dipegang oleh khalifah gres yaitu Umar Bin Khattab.

Perpindahan kekuasaan ini terjadi lantaran Umar Bin Khattab secara aklamasi telah mendapat persetujuan dari para sobat besar dan umat Islam lainnya, sehingga ketika Abu Bakar wafat maka secara otomatis kepemimpinan itu jatuh ke tangan khalifah Umar Bin Khattab. Umar bin al-Khaththab Umar bin al-Khaththab al-Faruq menggantikan seluruh tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin, Beliaulah yang pertama kali menyebut dirinya dengan gelar Amirul Mukminin -orang yang pertama kali memanggilnya dengan gelar tersebut ialah al-Mughirah bin Syu’bah dan ada yang beropini bukan al-Mughirah tetapi orang lain.

C.    Proses Pengangkatan Ustman bin Affan ra menjadi Khalifah

Umar ra.menetapkan masalah pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra., Thalhah bin ‘Ubaidillah ra, Az-Zubair bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Dan Abdur Rahman bin ‘Auf ra. Umar ra.merasa berat untuk menentukan salah seorang di antara mereka.697 Beliau berkata, ” Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab wacana masalah ini baik ketika saya hidup maupun sesudah saya mati. Jika Allah SWT. menghendaki kebaikan terhadap kalian maka Dia akan menciptakan kalian bersepakat untuk menunjuk seorang yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah menciptakan kalian sepakat atas penunjukan orang yang terbaik sesudah nabi kalian.
Di antara yang memperlihatkan kesempurnaan kewaraan beliau, dia tidak memasukkan dalam anggota majelis syura tersebut Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail lantaran ia ialah anak paman beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat lantaran posisinya sebagai anak paman dia dan dia ialah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al-Madainy dari para Syaikhnya bahwa ia (Sa’id binZaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar ra. katakan, “Kamu tidak termasuk anggota majelis syura.” Umar ra.berkata kepada anggota majelis syura, “Apakah Abdullah (anak beliau) ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini.”Bahkan dia memperlihatkan pendapat dan nasehat kepada anggota tersebut biar dia (Abdullah) jangan diberi jabatan tersebut.
Beliau juga mewasiatkan biar Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami shalat selama tiga hari hingga musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut. Mereka bermusyawarah di rumah membicarakan wacana urusan ini hingga kesannya hanya terpilih tiga kandidat saja.Zubair ra.menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali ra. bin Abi Thalib ra., Sa’ad ra. kepada Abdur Rahman bin ‘Auf ra. dan Thalhah ra. kepada Utsman bin Affan ra. Abdur Rahman bin ‘Auf ra. berkata kepada Ali ra. dan Utsman ra., “Sesungguhnya saya melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dariperkara ini, Allah SWT. sebagai pengawasnya. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa.”Ucapan ini menciptakan Utsman ra.dan Ali ra.terdiam.
Kemudian Abdur Rahman ra.melanjutkan, “Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar.” Mereka berdua berkata, “Ya.” Kemudian masing-masing mereka memperlihatkan khutbahnya yang menyebutkan wacana keistimewaannya dan berjanji jikamendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan kalau ternyata tidak maka ia akanmendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka berdua menjawab, “Ya.”Lantasmereka pun bubar.Abdur Rahman ra.berusaha selama tiga hari tiga malam tidak tidur dan hanya melaksanakan shalat, doa dan istikharah serta bertanya-tanya kepada mereka yang mempunyai pendapat wacana dua kandidat ini dan tidak dijumpai seorang pun yang tidak condong kepada Utsman ra..
Ketika tiba pagi hari yang keempat sesudah wafatnya Umar.bin Khaththab ra, Abdur Rahman mendatangi rumah kemenakannya al-Miswar bin Makhramah dan berkata, “Apakah engkau tidur ya Miswar? Demi Allah SWT. saya sangat sedikit tidur semenjak tiga hari yang lalu. Pergilah untuk memanggil Ali ra.dan Utsman ra.!” al- Miswar berkata, “Siapa yang pertama harus kupanggil?” dia berkata, “Terserah padamu.” Maka saya pun pergi menemui Ali ra.dan kukatakan, “Pamanku tadi memanggilmu.” Ali ra.bertanya, “Apakah ia juga memanggil yang lain selainku?” Jawabku, “Benar.” Ali ra.bertanya, “Siapa?” Jawabku, “Utsman bin Affan ra..”Ali ra.bertanya lagi, “Siapa yang iapanggil pertama kali. di antara kami?” Jawabku, “Beliau tidak menyuruhku menyerupai itu, tetapi ia katakan terserah padamu siapa yang terlebih dahulu engkau panggil dan kesannya saya mendatangimu.”Maka Ali ra.pun pergi keluar bersamaku.
Tatkala kami melintasi rumah Utsman bin Affan ra., Ali ra. duduk dan saya masuk ke dalam rumah, saya dapati dia sedang melaksanakan shalat witir ketika menjelang fajar. Lantas ia bertanya sebagaimana yang ditanyakan Ali ra. kepadaku, lantas ia pun keluar. Kemudian kami menghadap kepada pamanku yang sedang melaksanakan shalat.Ketika selesai mengerjakan shalat, dia mendatangi Ali ra.dan Utsman ra.seraya berkata, “Sesungguhnya saya telah bertanya kepada masyarakat wacana kalian berdua dan tidak seorang pun dari mereka yang lebih mengistimewakan antara kalian berdua. Kemudian dia mengambil perjanjian dari mereka berdua kalau menempati jabatan tersebut harus bersikap adil dan kalau tidak maka ia harus mendengar dan mentaati.
Lantas Abdur Rahman membawa mereka ke masjid. Waktu itu Abdur Rahman menggunakan serban yang dipakaikan Rasulullah saw. sambil membawa pedang. Beliau mengutus ketengah-tengah masyarakat Muhajirin dan Anshar kemudian diserukan untuk shalat berjama-ah.Maka masjid menjadi penuh dan orang-orang saling berdesakkan sehingga tidak ada tempat bagi Utsman ra.untuk duduk kecuali di tempat paling belakang -beliau ialah seorang pemalu-. Kemudian Abdur Rahman bin Auf ra naik ke atas mimbar Rasulullah saw. dan berdiri sangat usang sambil berdoa dengan doa yang sangat panjang dan tidak terdengar oleh orang banyak kemudian berkata, “Wahai sekalian manusia! Aku telah menanyakan harapan kalian baik secara pribadi maupun di depan umum, namun saya tidak dapati seorang pun yang condong kepada salah seorang dari mereka berdua baik Ali ra. maupun Utsman ra. Wahai Ali ra.kemarilah!” Maka bangkitlah Ali ra.dan berdiri di bawah mimbar kemudian Abdur Rahman memegang tangannya seraya berkata, “Apakah engkau mau di bai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.?” Ali ra. Menjawab, “Tidak, akan tetapi akan saya jalankan sesuai dengan kemampuanku.” Lalu Abdur Rahman melepaskan pegangannya dan me-manggil Utsman, “Wahai Utsman ra.kemarilah!” Maka Utsman pun bangun dan tangannya dipegang oleh Abdur Rahman kemudian bertanya, ” Apakah engkau mau dibai’at untuk tetap setia menjalankan al-Qur’an, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.?” Utsman ra.menjawab, “Ya!”Lantas Abdur Rahman menengadahkan kepalanya ke atap masjid sambil memegang tangan Utsman ra.dan berkata,” Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah sesungguhnya saya telah
Alihkan beban yang ada di pundakku ke bahu Utsman bin Affan ra..”Maka orang-orang pun berdesak-desakan untuk membai’at sehingga dia dikerumuni oleh orang-orang di bawah mimbar. Abdur Rahman duduk di tempat yang biasa diduduki oleh Rasulullah saw. dan mendudukkan Utsman ra. di bawahnya yakni di tangga mimbar yang ke-dua. Berdatanganlah orang-orang kepada Utsman ra.untuk membai’atnya dan Ali ra. Adalah orang pertama yang membai’atnya. Dan disebutkan pula bahwa ia ialah orang yang terakhir membai’at Utsman.
Adapun yang disebutkan oleh para mahir sejarah, menyerupai Ibnu Jarir701 dan Iain-lain dari riwayat orang-orang yang tidak diketahui bahwa Ali ra.berkata kepada Abdur Rahman, “Engkau telah menipuku, engkau mengangkatnya lantaran ia familimu dan lantaran ia sering meminta pendapatmu wacana setiap permasalahannya.” Kemudian Ali ra.enggan untuk membai’atnya hingga Abdur Rahman menyebutkan ayat: “Maka barangsiapa yang melanggar janjinya pasti akhir ia melanggar komitmen itu akanmenimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akanmemberinya pahala yang besar. (Al-Fath:10).

D.   Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib ra. Menjadi Khalifah

Setelah Utsman terbunuh pada malam Jum’at 18 Dzulhijjah tahun 35 H, berdasarkan pendapat yang populer, kaum muslimin mendatangi Ali ra.Dan membai’at dia sebelum mayit Utsman dimakamkan.Ada yang menyampaikan sesudah mayit Utsman dimakamkan. Pada awalnya Ali bin Abi Thalib ra. menolak bai’at mereka. Beliau menghindar ke rumah milik Bani Amru bin Mabdzul, seorang Anshar. Beliau menutup pintu rumah, dia menolak mendapatkan jabatan khilafah tersebut namun mereka terus mendesak beliau.Orang-orang tiba mengetuk pintu dan terus mendesak. Mereka membawa serta Thalhah dan az-Zubair .Mereka berkata, “Sesungguhnya daulah ini tidak akan bertahan tanpa amir.”Mereka terus mendesak hingga kesannya Ali bersedia menerimanya.Ada yang mengatakan, orang pertama yang membai’at dia ialah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan dia cacat sewaktu melindungi Rasulullah saw. pada peperangan Uhud. Sebagian hadirin berkata, “Demi Allah, pembai’atan ini tidak sempurna!” 942
Ali keluar menuju masjid kemudian naik ke atas mimbar dengan mengenakan kain sarung dan sorban dari sutera sambil menenteng sandal dia dan bertelekan pada busur beliau.Segenap kaum muslimin membai’at beliau. Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 19 Dzulhijjah tahun 35 H.943 Ada yang mengatakan, Thalhah dan az-Zubair membai’at Ali sesudah dia meminta mereka untuk berbai’at. Sebagian orang menerka bahwa ada sekelompok kaum Anshar yang tidak membai’at Ali.944
Al-Waqidi berkata, “Orang-orang di Madinah membai’at Ali.Namun tujuh orang menarik diri dan tidak ikut berbai’at. Mereka ialah Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Shuheib, Zaid bin Tsabit, Muhammad bin Maslamah, Salamah bin Salaamah bin Waqsy dan Usamah bin Zaid. Dan tidak ada seorang sobat Ansharpun yang tertinggal, mereka semua ikut berbai’at sejauh pengetahuan kami.”
Saif bin Umar, “ menceritakan dari sejumlah gurunya bahwa mereka berkata, “Selama lima hari sesudah terbunuhnya Utsman kota Madinah dipimpin sementara oleh al-Ghafiqi bin Harb, mereka mencari orang yang bersedia memimpin. Penduduk Mesir mendesak Ali, sedang dia sendiri menghindar dari mereka ke sebuah rumah.Penduduk Kufah mencari az-Zubair tapi mereka tidak menemukannya. Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak bersedia. Maka merekapun berkata, “Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang ini.” Mereka menemui Sa’ad bin Abi Waqqash .Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau termasuk salah seorang anggota majelis Syura!”Namun Sa’ad tidak memenuhi seruan mereka.
Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar. beliaupun menolak proposal mereka. Merekapun bingung, lantas mereka berkata, “Jika kita pulang ke tempat masing-masing dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang menggantikan posisinya, insan akan berselisih wacana urusan ini dan kita tidak akan selamat.Mereka kembali menemui Ali dan memaksa dia untuk menerimanya.Al-Asytar an-Nakha’i meraih tangan Ali dan membaia’tnya kemudian orang-orangpun ikut membai’at beliau. Penduduk Kufah menyampaikan bergotong-royong yang pertama kali membai’at Ali ialah al-Asytar an- Nakha’i. Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis 24 Dzulhijjah.Itu terjadi sesudah orang-orang terus mendesak beliau.Mereka semua berkata, “Tidak ada yang pantas memegangnya kecuali Ali.”Keesokan harinya pada hari Jum’at, Ali naik ke atas mimbar.Orang-orang yang belum membai’at dia kemarin berbondong-bondong membai’at beliau.Orang pertama yang membai’at dia ketika itu ialah Thalhah kemudian az-Zubair Bai’at ini terjadi pada hari Jum’at 25 Dzhulhijjah tahun 35 H.


3.  BERBAGAI PRESTASI YANG DICAPAI OLEH KHULAFAUR RASYIDIN

a)      Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
a.    Perang Melawan Orang-Oran Murtad
b.    Menjalankan kekuasaan Legeslatif, Eksekutif dan Yudikatif
c.    Memerangi Nabi Palsu
d.   Penghimpunan Al-Quran
e.    Perluasan Wilayah Islam

b)      Kholifah Umar bin Khathab
a.    Perluasan Wilayah
b.    Menata Administrasi dan Keuangan Pemerintahan
c.    Penetapan Kalender Hijriyah

c)       Kholifah Utsman bin Affan
a.    Kodifikasi Mushaf Al-Quran
b.    Renovasi Masjid Nabawi
c.    Pembentukan Angkatan Laut
d.   Perluasan Wilayah

d)      Kholifah Ali bin Abi Tholib
a.    Mengganti Pejabat Yang Kurang Cakap
b.    Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
c.    Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
d.   Melakukan Pembangunan-Pembangunan

B.  MENGAMBIL IBRAH DARI PRESTASI-PRESTASI YANG DICAPAI OLEH KHULAFAUR RASYIDIN UNTUK MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG

1)      Ketinggian, keluhuran dan kemuliaan budpekerti para pemimpin perlu diteladani bagi para pewaris dan umat Islam ketika ini.
2)      Para kholifah hanya melaksanakan amanah Allah, dalam menegakkan agama Islam di muka bumi dengan lapang dada dan semanagt jihat fisabilillah yang tinggi.
3)      Para Kholifah rela miskin dan suka berkorban demi Islam.
4)      Tidak ada yang menyatukan kaum muslimin, kecuali pola dari para pemimpin yang lapang dada bukan lantaran hawa nafsu dalam memegangi Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.
5)      Wilayah Islam berkembang luas dari masyriki hingga maghribi, bertujuan hanya satu yaitu biar insan berkhitmat untuk menyembah kepada Allah SWT.

C.  MENELADANI GAYA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN

1.  Strategi kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
a)        Abu Bakar Ash-Shidiq

1.      Menerapkan cara memimpin sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.
2.      Mengutamakan agama sebagaimana dia memberantas kaum musyrik dan orang yang ingkar terhadap zakat.
3.      Memecahkan masalah internal yang terdapat di dalam kubu umat Islam pada masa itu.
4.      Setelah permasalahan ummat terselesaikan barulah dia meningkatkan pada lingkup yang lebih luas yaitu permasalahan di dalam negeri.
5.      Dan pada kesannya sesudah permasalahan di dalam negeri terselesaikan maka dia memulai langkahnya ke luar negeri dengan membebaskan beberapa tempat dengan tujuan penyiaran Islam dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Dalam hal ini Abu Bakar merupakan seorang sosok pemimpin yang tegas, dan teguh memegang kebenaran, serta dia sangat gentar di dalam memberantas gerakan yang menyalahi aqidah tanpa member sedikitpun ruang untuk mereka bergerak, Abu Bakar lebih mengutamakan pembangunan aqidah para umat ketika itu sebelum dia mulai membangun ketahap selanjutnya.

b)        Umar bin Khatab
Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang tegas dank eras, sehingga dia mendapat julukan, “singa padang pasir”, dibawah kepemimpinanya Islam berkembang dengan pesat lantaran dia sangat banyak melaksanakan ekspasi, masanya juga dikenal dengan, “futuhat al-islamiyyah” (perluasan wilayah Islam).
Adapun taktik yang dilakukan adalah:
1.      Meneruskan usaha khalifah Abu Bakar dengan memperluas wilayah Islam melalui perluasan militer.
2.      Menertibkan manajemen Negara dengan membentuk Baitul Mal.
3.      Menyusun kepala-kepala tempat lantaran ketika itu wilayah Islam sudah sangat luas.
4.      Membentuk beberapa dawan dan organisasi untuk mempermudah pemerintahan dan efektifitas tanggung jawab.

c)        Ustman bin Affan
Ustman bin Affan ialah seorang yang kaya raya dan dermawan, pada masa Rasulullah SAW dia menjadi sekretaris Rasulullah SAW dan pada masa Abu Bakar dia menjadi penasehatnya.
Strategi yang dilakukan oleh Ustman bin Affan adalah:
1.      Membangun bendungan biar terhindarnya banjir dikota-kota.
2.      Membangun jembatan-jembatan, jalan-jalan serta banyak sekali infrasruktur yang memudahkan masyarakat ketika itu.
3.      Memperluas mesjid nabawi.
4.      Serta mengangkat orang-orang yang dianggap bisa sebagai khalifah-khalifah di tempat dan mengisi jabatan penting lainya.

d)        Ali bin Abi Thalib
Selama masa kepemimpinannya banyak pergolakan-pergolakan yang terjadi, hampir tidak ada hari-hari yang dianggap stabil. Diantara langkah-langkah yang diambil dalam masa pemerintahannya adalah:
1.      Menonaktifkan pejabat yang diangkat oleh Ustman bin Affan lantaran berdasarkan dia pemberontakan yang terjadi merupakan lantaran dari keteledoran mereka.
2.      Menarik kembali tanah-tanah yang di hadiahkan khalifah Utsman bin Affan kepada penduduk dan keluarganya.
3.      Mengembalikan fungsi Baitul Mal.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas.Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari sentra kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menimbulkan perluasan itu demikian cepat antara lain adalah:
  1. Islam, disamping merupakan fatwa yang mengatur hubungan insan dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
  2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal wacana kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
  3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik lantaran sering terjadi peperangan antara keduanya maupun lantaran persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
  4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium menimbulkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak bahagia lantaran pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak bahagia lantaran pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
  5. Islam tiba ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan perilaku simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
  6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih akrab kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
  7. Mesir, Syria dan Irak ialah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai perluasan ke tempat yang lebih jauh.
2.  Meneladani gaya kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin yang terdiri atas empat sobat Nabi Muhammad SAW mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Khalifah Abu Bakar as-Sidiq mempunyai huruf lembut dan tegas. Dalam suasana negara yang kacau, pemimpin berkarakter menyerupai Khalifah Abu Bakar as-Sidiq sangat diperlukan. Dengan kelembutannya, khalifah Abu Bakar as-Sidiq sanggup menginsyafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu, orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh Khalifah Abu Bakar as-Sidiq..
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, situasi negara lebih aman. Dalam kondisi itu, perlu pemimpin yang mempunyai huruf menyerupai Khalifah Umar bin Khatab, yaitu cerdas, tegas dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kecerdasan Umar bin Khatab sangat dibutuhkan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang islami.
Situasi negara pada masa Khalifah Usman bin Affan benar-benar sudah aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat. Dalam kondisi menyerupai itu, huruf pemimpin yang saleh, penyantun, dan sabar sangat diperlukan. Dengan huruf menyerupai Khalifah Usman bin Affan tersebut, kemakmuran rakyat sanggup tercapai, baik jasmani maupun rohani.
Pada masa peralihan kekuasaan dari Khalifah Usman bin Affan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, kekacauan kembali terjadi. Dalam kondisi negara menyerupai itu, huruf pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi Thalib mempunyai huruf yang tepat. Ketegasan khalifah Ali bin Abi Thalib dalam membela kebenaran menyerupai dengan khalifah Umar bin Khatab.

1)      Abu Bakar, dikenal sebagai salah seorang pemberani, mempunyai budpekerti yang tinggi dan dogma yang sempurna, serta mempunyai karakteristik yang lembut dan tegas.
2)      Umar Bin Khathab, orang yang cerdas, sangat tegas, teladan dalam hal keadilan, tidak membeda-bedakan antara darah biru dan budak serta mengutamakan kepentingan rakyat. 
3)      Utsman bin Affan, orang yang sholeh selalu menjaga kehormatan serta kesucian dirinya, mulia dan lurus akhlaknya terkenal dengan kecerdasan dan kebenaran pendapatnya. Dengan huruf dia kemakmuran rakyat sanggup tercapai baik jasmani maupun rohani.
4)      Ali bin Abi thalib, sangat memperhatikan keadilan dalam ekonomi, mempunyai perilaku yang kokoh berpengaruh pendirian dalam membela yang hak, paling teliti pemikirannya dan paling taufik untuk mrnerima aturan yang benar serta pendapat yang betul.

3. Beberapa Ibrah gaya kepemimpinan khulafaur Rasyidin

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar Ra. tersebut memperlihatkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya:
a)      Pengangkatan Abu Bakar berlangsung melalui syura. Semua ahlul Halli wal ‘aqadi dari kalangan sobat termasuk Ali Ra ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada satu nash Al-Qur’an atau sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah saw.
b)      Perbedaaan pendapat dalam musyawarah di Saqifah Bani Saidah ialah hal yang lumrah. Ini merupakan jaminan dari Syari’ terhadap beraneka ragam pendapat dan pandangan selama menyangkut hal yang tidak dinyatakan secara tegas dan gambling oleh nash. Segala masalah yang didiamkan Syari’ sanggup dibicarakan dalam Syura dengan mengemukakan banyak sekali pandangan dan membahasnya secara obyektif dan jujur.
c)      Nasihat Ali Ra. Kepada Abu Bakar biar tidak ikut berangkat dalam memerangi kaum murtad ialah merupakan bukti kecintaan dia kepada Abu Bakar Ra dan juga merupakan bukti penerimaannya terhadap Abu Bakar sebagai khalifah.
d)      Sikap tegas Abu BAkar terhadap kaum Murtad merupakan bukti akan adanya hikmah Allah yang telah mengangkat orang yang sesuai untuk menghadapi kiprah yang tepat (right man in the right job). Padahal ketika itu Umar tidak setegas Abu Bakar mengenai kaum Murtad.
e)      Pemilihan pengganti debu Bakar bukanlah berdasarkan wasiat. Wasiat tanpa keridhoan kaum muslimin tidak sanggup di jadikan dasar sebagai pengangkatan khalifah, jadi. Sesungguhnya yang mengangkat Umar ialah kaum Muslimin, bukan debu Bakar Ra. Tidak ada dalam Islam pengangkatan khalifah berdasarkan penunjukkan khalifah sebelumnya.

Komentar